LAPORAN
PENDAHULUAN
EFUSI
PLEURA
1.
PENGERTIAN
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana
penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan
gejala atau komplikasi dari suatu penyakit (Muttaqin, 2008).
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah
pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral
dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung
sejumlah kecil cairan (10 sampai
20ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Brunner&Suddarth,
2002).
2.
PENYEBAB
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat
Dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava
superior dan tumor.
b. Eksudat
Disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan
penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi
Dapat disebabkan adanya tumor, trauma, infark paru dan tuberkulosis.
3.
TANDA DAN GEJALA
Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri
dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau
bernafas dalam).
1)
Batuk
2)
Dispnea
3)
Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
4)
Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang
interkosta.
5)
Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami
efusi.
6)
Adanya
gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat.
7)
Perkusi meredup diatas efusi pleura.
8)
Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.
9)
Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
10)
Fremitus fokal dan raba berkurang.
11)
Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari
karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru.
4. PATOFISIOLOGI NURSING PATHWAY
-
Terlampir
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium
yang spesifik adalah dengan memeriksa cairan pleura agar dapat menunjang
intervensi lanjutan. Analisis cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi
kemungkinan penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura hasil
thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan hemoragi,
eksudat, dan transudat.
2) Pemeriksaan
radiologik (Rontgen dada)
Pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
3) Ultrasonografi
4) Thorakosentesis / pungsi pleura
Untuk mengetahui kejernihan, warna,
biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior
dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serothorak), berdarah (hemothoraks), pus (piothoraks) atau kilus (kilothoraks). Bila cairan serosa mungkin
berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
5) Cairan
pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH.
6) Biopsi
pleura berguna untuk mengambil spesimen
jaringan pleura melalui biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk
mengetahui adanya sel-sel ganaa atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculoca dan tumor pleur)
6.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Tujuan
pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan
kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (gagal jantung kongestif,
pneumonia, sirosis hepatis).
2) Thorasentesis dilakukan untuk membuang
cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk
menghilangkan disneu.
3) Bila
penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal
atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.
4) Agen
yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut.
5) Pengobatan
lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah
plerektomi, dan terapi diuretik.
7.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
MUNCUL
1) Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya hipersekresi secret/mukus
2) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
suplai 02 yang kurang
4) Gangguan rasa nyaman/Nyeri dada berhubungan dengan
proses peradangan pada rongga pleura
5) Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai 02 dengan kebutuhan atau kelemahan.
6) Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh
7) Hipertermi berhubungan dengan
proses peradangan pada rongga pleura
8) Resiko infeksi berhubungan dengan
aspirasi cairan pleura melalui jarum
8.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret/mukus
Tujuan :
Bersihan
jalan nafas efektif
Kriteria
hasil :
Secret
bisa keluar, ronkhi (-), RR 16-20 x /menit
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi
napoas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori
2.
Atur
posisi semi fowler
3.
Menganjurkan
pasien untuk banyak minum terutama air hangat
4.
Mengajarkan
nafas dalam dan batuk efektif
5. Pertahankan intake cairan 2500
ml/hari
4. Kolaborasi :
a. Pemberian oksigen lembab
b. Mucolytic agent
c. Bronchodilator
d. Kortikosteroid
|
1. Penurunan bunyi napas mungkin
menandakan atelektasis, ronchi, wheezing menunjukkan adanya akumulasi sekret,
dan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas menyebabkan penggunaan otot
aksesori dan peningkatan usaha bernapas
2. Memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal dapat membuka area
atelektasis, mempermudah pengaliran sekret keluar
3. Untuk mengencerkan secret
sehingga mudah dikeluarkan
4. Memenuhi kebutuhan O2 dan
mobilisasi secret
5. Intake cairan mengurangi
penimbunan sekret, memudahkan
pembersihan
a.
Mencegah mukosa membran kering, mengurangi sekret
b.
Menurunkan
sekret pulmonal dan memfasilitasi
bersihan
c.
Memperbesar
ukuran lumen pada perca-bangan tracheobronchial dan menurunkan pada
percabangan tracheobronchial dan menurunkan pertahanan aliran.
d.
Mengatasi
respons inflamasi sehingga tidak terjadi hipoxemia.
|
2.
Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Pasien
mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil :
Irama,
frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal,
pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan
adanya akumulasi cairan, bunyi napas terdengar jelas.
Tindakan
:
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Mengidentifikasi faktor penyebab
2.
Mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan
yang terjadi.
3.
Membaringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk,
dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60–90 derajat
4.
Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan
respon pasien)
5.
Melakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam
6.
Membantu dan mengajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang
efektif
7.
Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2
dan obat-obatan serta foto thorax
|
1.
Dengan mengidentifikasikan
penyebab, kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat
2.
Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita
dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien
3.
Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
maksimal
4.
Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi
paru
5.
Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru
6.
Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan
otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif
7.
Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah
terjadinya sianosis
akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya
cairan dan kembalinya daya kembang paru
|
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
suplai o2 yang kurang
Tujuan :
Pasien mampu menunjukkan perbaikan
oksigenasi
Kriteria hasil :
Gas arteri dalam batas normal,
warna kulit, perifer membaik, bunyi nafas bersih, tidak
batuk
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.Kaji adanya dyspnea, penuruna suara nafas,
bunyi nafas tambahan, peningkatan usaha untuk bernafas, ekspansi dada yang
terbatas, kelelahan
2.Evaluasi perubahan kesadaran, perhatikan adanya cyanosis, dan perubahan warna kulit,
membran mukosa dan clubbing finger
3.Ajarkan bernapas melalui mulut saat
ekshalasi
4.Tingkatkan bedrest/ pengurangi aktifitas
5.Monitor ABGs
6.Kolaborasi suplemen oksigen
|
1. Tuberkulosis pulmonal dapat
menyebabkan efek yang luas, termasuk penimbunan cairan di pleura sehingga
menghasilkan gejala distress pernafasan
2. Akumulasi
sekret yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi organ dan jaringan vital
3. Menciptakan
usaha untuk melawan outflow udara, mencegah kolaps karena jalan napas yang
sempit, membantu doistribusi udara dan menurunkan napas yang pendek
4. Mengurangi
konsumsi oksigen selama periode bernapas dan menurunkan gejala sesak napas
5. Penurunan
tekanan gas oksigen (PaO2) dan saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukkan
kebutuhan untuk perubahan terapetik
6. Mengoreksi
hypoxemia yang meyebabkan terjadinya penurunan sekunder ventilasi dan
berkurangnya permukaan alveolar.
|
4.
Gangguan rasa nyaman/ Nyeri dada berhubungan dengan proses
peradangan pada rongga pleura
Tujuan :
Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol, pasien tampak tenang
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Mengkaji terhadap adanya nyeri,
skala dan intensitas nyeri
2. Mengajarkan pada klien tentang
manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
3. Mengamankan selang dada untuk
membatasi gerakan dan menghindari iritasi
4. Memberikan analgetik sesuai
indikasi
|
1. Untuk mengetahui nyeri yang
dialami pasien sehingga dapat mengambil intervensi yang cepat dan tepat
2. Tehnik distraksi dan relaksasi
efektif untuk mengurangi rasa nyeri
3. Memberikan kenyamanan pada
pasien dan mencegah infeksi akibat timbulnya iritasi
4. Mengurangi rasa nyeri
|
5.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2 dengan kebutuhan
Tujuan :
Pasien mampu melaksanakan
aktivitas seoptimal mungkin
Kriteria hasil :
Terpenuhinya aktivitas secara optimal,
pasien kelihatan segar
dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Mengevaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas
serta adanya perubahan tanda-tanda vital
2.
Membantu Pasien memenuhi kebutuhannya
3.
Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien
4.
Memotivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahan
|
1.
Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
2.
Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri
3.
Kelemahan suatu tanda pasien belum mampu beraktivitas secara penuh
4.
Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikan pasien
pada kondisi normal
|
9) Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
Konsumsi lebih 40% jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium dalam batas
normal
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Memberi
motivasi tentang pentingnya nutrisi
2.
Mengauskultasi
suara bising usus
3.
Melakukan
oral hygiene setiap hari
4.
Memberi
makanan dalam porsi kecil tapi sering
|
1. Kebiasaan makan seseorang
dipengaruhi oleh
kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi
tubuh
2. Bising usus yang menurun atau
meningkat menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan
3. Bau mulut yang kurang sedap
dapat mengurangi nafsu makan
4. Makanan dalam porsi kecil tidak
membutuhkan energi, banyak selingan memudahkan reflek
|
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner&Suddarth. 2002. Buku Ajar
Keperawatan medical Bedah, edisi: Volume 1. Jakarta:
EGC.
Baughman C Diane,.2000. Keperawatan
medical bedah. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran, edisi: 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Craft Martha, Smith Kelly. 2012. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna Pustaka.
Marilyn. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan, Edisi: 3. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar