Jumat, 16 Januari 2015

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI (TUBERCULOSIS PARU)



LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SISTEM RESPIRASI
(TUBERCULOSIS PARU)

A.  Pengertian
Tuberkolosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer 2000).
         Tuberkilosis adalah penyakit infeksiis, yang terutama menyerang parenkim paru. Agen infeksius utama adalah Mycobakterium tuberculosis (Brunner & Suddarth 2001.
B.  Etiologi
Penyebab dari TB paru adalah agen infeksius yang dikenal dengan Myicobkterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensistif terhadap panas dan sinar ultraviolet.
C.  Patofisiologi
         Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
  






















Patofisiologi Nursing Pathway
Mycobacterium tuberculosis
Airbone/inhalasi droplet
Saluran pernafasan
Saluran pernafasan atas
Bakteri yang besar bertahan di  bronkus
Peradangan  bronkus
Penumpukan sekret
Efektif
Tidak efektif
Sekret keluar saat batuk
Batuk terus menerus
Terhisap orang sehat
Resiko penyebaran infeksi
Sekret sulit dikeluarkan
Obstruksi
Sesak nafas
Gangguan pola nafas tidak efektif
Saluran pernafasan bawah
Paru-paru
Alveolus
Terjadi perdarahan
Alveolus mengalami konsolidasi dan eksudasi
Gangguan pertukaran gas
Penyebaran bakteri secara limfa hematogen
Keletihan
Anoreksia malaese mual muntah
Demam 
Peningkatan suhu tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
 




































D.  Manifestasi Klinik
Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah
1.  Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
2.   Dahak (sputum)
   Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
3.  Batuk Darah
      Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.
4.  Sesak Napas
          Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
5.   Nyeri dada
      Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk.
6.   Wheezing
   Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
7.   Demam dan Menggigil
   Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari proses infeksi.
8.   Penurunan Berat Badan
   Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
9.   Rasa lelah dan lemah
   Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
10. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.
E.  Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1.   Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2.   Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3.   Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
F.  Pemeriksaan Penunjang
   Pemeriksaan Laboratorium
1.   Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
2.   Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3.   Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
4.  Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
5.  Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
6.  Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
7.   Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis.
   Pemeriksaan Radiologis 
1.   Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
G.  Penatalaksanaan
Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1.   Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan.
2.   Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
3.   Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg berat badan.
4.   Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.
5.   Etambutol (E)
Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS (TBC)

A.  Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang cermat tentang pasien, keluarga dan kelompok melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan
1.  Aktivitas / istirahat

Gejala : Badan lemah, sesak nafas, Kesulitan tidur pada malam hari, demam dan menggigil, berkeringat pada malam hari.

Tanda  : Takikardia, takipnea / dipsnea pada kerja kelelahanotot, nyeri dan sesak.
2.  Integritas ego

Gejala :Adanya faktor stress, Masalah keuangan, Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.

Tanda   :    Menyangkal, ansietas, ketakutan, dan mudah tersinggung.

3.  Makanan / cairan

Tanda   :Turgor kulit kering / kulit bersisik, dan kehilangan otot.




4.  Nyeri / kenyaman

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.

5.  Pernapasan

Gejala : Batuk produktif atau tak produktif. Sesak nafas.

Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fobrosis parenkim paru dan pleura), Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural) atau penebalan pleural.

6.  Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker. Tes HIV positif

Tanda   :Demam rendah atau sakit panas akut.

7.  Interaksi sosial

Gejala : Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

8.  Penyuluhan atau pembelajaran
           Gejala : Riwayat keluarga tuberculosis. Status kesehatan buruk. Gagal untuk membaik atau kambuhnya tuberculosis. Tidak berpartisipasi dalam terapi.
                   Rencana
Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat, dan bantuan perawatan diri, serta pemeliharaan atau perawatan rumah.
B.  Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental atau berlebih.
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan atau infeksi.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang informasi.
C. Intervensi, Rasionalisasi dan Evaluasi
1. Bersihkan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekret yang kental atau berlebihan.
a) Kaji fungsi pernapasan, bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
   Rasional : Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau batuk efektif dan catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
   Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret kental, sputum berdarah kental atau cerah diakibatkan kerusakan (kavitasi) atau lulcaan bronchial.
c) Atur posisi semi atau fowler tinggi.
   Rasional :  Memaksimalkan ekspansi paru.
d) Ajarkan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam.
   Rasional : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
e) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, pengisapan sesuai keperluan
   Rasional : Mencegah obstruksi atau aspirasi, pengisapan dapat diperlukan apabila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
f)  Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi.
   Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk   mengencerkan sekret dan mudah dikeluarkan.


2.  Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan atau infeksi.
a)  Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, bicara, tertawa, menyanyi.
Rasional : Membantu pasien menyadari atau menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang atau komplikasi.
b)  Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah.
     Rasional:   Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
c)  Kaji tindakan kontrol sementara, contoh masker atau isolasi pemapasan.
    Rasional: Dapat menurunkan rasa, terisolasi pasien dan membuang stigma sosial berhubungan dengan penyakit menular.
d)  Awasi suhu sesuai indikasi.
     Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
e)  Tekankan pentingnya untuk tidak menghentikan terapi obat.
     Rasional     : Kombinasi agen anti infeksi digunakan  2/1 obat primer tambah I obat sekunder.
3.  Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas, berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
a)  Kaji dispnea, takipnea, tak normal atau menurunnya      bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan,terbatasnya ekspansi, dinding dada dan kelemahan.
Rasional: Tuberculosis paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronco pneumonia sampai inflamasi difus, nekrosis, efusi pleural dan fibrosis luas.
b)  Catat sianosis atau perubahan warna kulit,    termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasional  : Akumulasi sekret atau pengaruh jalan napas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
c) Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.

d) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau permukaan alveolar paru.



DAFTAR PUSTAKA

Dachlan,dkk. 2001. Kamus Istilah Medis. Arkola : Surabaya

Martha. 2010. NANDA DIAGNOSA KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi. Digna Pustaka : Yogyakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar