Jumat, 16 Januari 2015

laporan pendahuluan PNEUMONIA



laporan pendahuluan
PNEUMONIA

A. Pengertian
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bagian bawah dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi ( Nurarif, 2013 ).
Pneumonia adalah proses inflamasi  parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing( Arif, M, 2008)

B. Penyebab
-         Virus Influensa
-         Virus Synsitical respiratorik
-         Adenovirus
-         Rhinovirus
-         Rubeola
-         Varisella
-         Micoplasma (pada anak yang relatif besar)
-         Pneumococcus
-         Streptococcus
-         Staphilococcus (Reeves, 2001)

C. Tandadan Gejala
1.  Manifestasi non sfesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabilitas, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal
2.  Gejala umum saluran pernafasan bawah berupa batuk, takipnea, nafas cuping hidung, sesak nafas, dan sianosis.
3.  Retraksi dinding dada, perkusi pekak, tremitus melemah, suara nafas lemah.





























D.  Clinical Pathway                                       
-          Mikroorganisme ( Streptococcus Pneumonia, H. Influenza, Stapilococcusaureus , Klebsiella Pneumonia )
-          Virus
-          Fungi

Reaksi radang yang mengenai interstitial alveolus dan bronchus
Edema dan produksi mukus
Emigrasi leukosit ke alveoli
Reaksi imun mengeluarkan virogen
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Dinding alveolus menebal
Merangsang pusat nafas termoregulator dihipotalamus anterior
 












Penyempitan alveolus, bronkus
Hipertermi
                                                                                                                                   


 

Elastisitas dinding alveolus
Mukus yg berlebihan       
& berbau menimbulkan                
Rasa tidak nyaman di
mulut
 

Evavorasi
O2 dan CO2 tidak seimbang
Anoreksia          
Kebutuhan metabolic
 
Intake kurang             
 


Resti kurang vol cairan
Resti Nutrisi kurang  Gangguanpertukaran gas
                                                    
Suplay O2 tidakseimbang
Pola nafas tidak efektif
 
Kelelahan/ kelmahan
 

Intoleransi aktivitas
                                                                       
E. Komplikasi

1.  Empiema
2.  Atelektasis
3.  Perikarditis
4.  Pleuritis
5.  Otitis media
6.  Sinusitis

F. Pengkajian Keperawatan
1.   Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam.
a)  Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul. Pada klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa ada di pasaran.
Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak nafas, peningkatan freekuensi pernafasan lemas dan nyeri kepala.
b)  Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok, kongestil nasal, bersin, dan demam tinggi.
2.   Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pada kondisi klinis klien dengan pneumonia sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.
3.   Pemeriksaan fisik
a)  B1 (Breathing)
1)  Inspeksi
-       Bentuk dada dan gerakan pernafasan
Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi nafas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Nafas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-anak.
-       Batuk dan sputum
Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan danya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.
2)  Palpasi
-             Gerakan dinding thoraks anterior
Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.
-             Gerakan suara (fremitus vokal)
Taktil fremitus pada klien dengan pneumonia biasanya normal.
3)  Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkab apabila bronkhopneumonia menjadi suatu sarang (konfluens).
4)  Auskultasi
Paada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
b)  B2 (Blood)
Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:
Inspeksi
:
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.
Palpasi
:
Denyut nadi perifer melemah.
Perkusi
:
Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
Auskultasi
:
Tekanan darah biasanya normal. 

c)  B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringann berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
d)  B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake  cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
e)  B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
f)  B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


G. Pemeriksaan Diagnostik
1.  Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000-40.000/mm3. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD/Astrup) menunjukkan hipoksemia sebab terdapat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi di daerah pneumonia.
2.  Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak dilakukan untuk melihatluas daerah paru yang terkena dan ada atau tidaknya komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, dan pleuritis.

H. Penatalaksanaan Medis
1.  Klien diposisikan dalam keadaan semi fowler dengan sudut 450.
2.  Pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa dengan baik.
3.  Pemberian O2 yang adekuat untuk menurunkan perbedaan O2 di alveoli-arteri dan mencegah hipoksia seluler.
4.  Pemberian cairan intravena IV linedan pemenuhan hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara umum.
5.  Bronkodilator seperti Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase sekret dan distribusi ventilasi.
6.  Pemberian antibiotik trpilih seperti Penisilin diberikan secara intramuskular 2x600.000 unit sehari. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian Penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan menurun.

I. Diagnosa Keperawatan
1.   Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, kelemahan fisik
2.   Kerusakan pertukaran gas yang berhubunagn dengan penurunan jaringaN efektif paru, kerusakan membran alveolar-kapiler
3.   Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum sekunder dari reaksi sistemis bakteremia/viremia
4.   Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam, diaforesis
5.   Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam

J. Rencana Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, kelemahan fisik
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria evaluasi :
-        Klien mampu melakukan batuk efektif.
-        Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan otot bantu nafas. Bunyi nafass normal, pergerakan pernafsan normal.
Rencana intervensi
Rasional
Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu nafas).
Penurunan bunyi nafas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan kerja pernafasan.
Kaji kemampuan klien mengeluarkan sekresi. Lalu catat karakter dan volume sputum.
Pengeluaran sulit bila sekret kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat).
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu klien latihan nafas dalam dan batuk yang efektif.
Posisi semi/fowler tinggi memaksimalkan eksansi paru dan menurunkan upaya bernafas.
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.
Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan nafas.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan pengisapan (suction).
Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan perlu dilakukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
Obat antibiotik



Agen mukolitik



Bronkodilator;jenis aminophilin via intravena.



Kortikosteroid
Pengobatan antibiotik yang ideal berdasarkan pada tes uji resistensi bakteri terhadap jenis antibiotik sehingga lebih mudah mengobati pneumonia.
Ageen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.
Bronkodilator meningkatkan diameter lumen percabangan trakheobronkhial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan.

Kerusakan pertukaran gas yang berhubunagn dengan penurunan jaringan efektif paru, kerusakan membran alveolar-kapiler
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi gangguan pertukaran gas tidak terjadi.
Kriteria evaluasi :
-        Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea
-        Klien menunjukkan tidak adanya distres pernafasan.
-        Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang normal.
Rencana intervensi
Rasional
Kaji dispnea, takipnea, bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan ekspansi thorak dan kelemahan.
Pneumonia mengakibatkan efek luas pada paru, bermula dari bagian kecil bronkhopneumonia sampai inflamasi difus yang luas, nekrosis, efusi pleura dan fibrosis yang luas.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit termasuk membran mukosa dan kuku.
Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh.
Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien.
Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernafasan dan dapat menurunkan beratnya gejala.
Kolaborasi:
Pemeriksaan AGD.




Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan.



Kortikosteroid


Penurunan kadar O2(PO2) dan atau saturasi, peningkatan PCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi.
Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksia yang terjadi akibat penurunan ventilai/menurunnya permukaan alveolar paru.
Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan.

Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum sekunder dari reaksi sistemis bakteremia/viremia
Tujuan : Dalamwaktu 1x24 jam setelahdiberikanintervensitidakterjadihipertermi
Kriteria evaluasi :
-        Suhu tubuh normal (36-370C)
Rencana intervensi
Rasional
Kajisaattimbulnyademam.
Mengidentifikasipolademam.
Kajitanda-tanda vital tiap 3 jam ataulebihsering.
Acuanuntukmengetahuikeadaanumumklien.
Berikankebutuhancairanekstra.

Peningkatansuhutubuhmengakibatkanpenguapancairantubuhmeningkat, sehinggaperludiimbangidengan intake cairan yang banyak.
Berikankompresdingin.

Konduksisuhumembantumenurunkansuhutubuh.
Kenakanpakaian minimal.
Pakaian yang tipis akanmembantumengurangipenguapantubuh.
Kolaborasidengandokteruntukpemberianantipiretik, antibiotikdancairanintravenarl 0,5.

Antipiretik :untukmengurangisuhutubuh.
Antibiotik :untukmengatasiinfeksipemberiancairansangatpentingbagikliendengansuhutinggi.

Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam, diaphoresis
Tujuan : Dalamwaktu 1x24 jam setelahdiberikanintervensiresiko kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria evaluasi :
-        Klien mampu mendemonstrasikan perbaikan status cairan dan elektrolit.
-        Output urine lebih besar dari 30 ml/jam , berat jenis urine 1,005-1,025, natrium serum dalam batas normal,membran lembab, turgor kulit baik, tidak ada penurunan berat badan, dan tidak mengeluh kehausan.
Rencana intervensi
Rasional
Pantau intake dan output cairan setiap 8 jam, timbang BB tiap hari.
Mengidentifikasikemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
Berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran.
Mempertahankan hidrasi yang adekuat, jika ada demam maka kebutuhan cairan akan meningkat.
Berikancairan peroral sekurang-kurangnya 2 jam sekali.

Cairan membantu distribusi obat-obatan dalam tubbuh serta membantu menurunkan demam.
Monitor intake cairan dan output urine tiap 6 jam.

Output urine perlu dimonitor sebagai indikator akan fungssi ginjal dalam melakukan filtrasi cairan yang masuk.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
Batasan karakteristik : makan kurang dari 40%, penurunan BB, dan mengeluh lemah.
Kriteria evaluasi :
-        Intake makanan meningkat, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, menyatakan perasaan sejahtera.
Rencana intervensi
Rasional
Pantau : persentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap hari, hasil pemeriksaan protein total, albumin dan osmolalitas.
Mengidentifikasikemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum berbau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.
Bau yang tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.
Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.
Memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan sakit klien.
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering an mudah dikunyah bila ada sesak nafas berat.
Makanan dengan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.
DAFTAR PUSTAKA

-         Doenges, dkk.,2000. Rencanaasuhankeperawatan.Edisi 3.Jakarta: EGC
-         Mansjoer, A. 2002. KapitaSelektaKedokteran.Edisi 3.,Cet 1.Jakarta: Media Aesculapius.
-         Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
-         Nurarif, A.H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
-         Smeltzer,S.C. dan Bare, B.G, (2002). Buku Ajar KeperawatanMedikalbedah. Vol. 1.Jakarta: EGC 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar